Desa merupakan merupakan kelompok, bahkan organisasi cukup sempurna. Terdapat perangkat desa yang membidani tata pemerintahan, ekonomi hingga urusan kepemudaan. Pengaturan hubungan antarpihak yang terlibat di dalamnya benar-benar sangat mengagumkan. Desa bisa dipandang sebagai organisasi maupun individu apabila sudut pandang antroposentris ditanggalkan. Desa mampu mempengaruhi jalannya operasi perusahaan.

 Ada kekhawatiran yang semakin menguat, bahwa cadangan dukungan habitat, khususnya tanah, air dan udara tidak dapat diakses secara terbuka dan memburuk kualitasnya bagi kehidupan generasi mendatang.

Sejauh ini terminologi pembangunan lebih lekat dengan perubahan ekonomi. Lalu, dari pertumbuhan angka pendapatan dan perkembangan nilai kesejahteraan ekonomi itu melebar menjadi soal sosial, politik dan budaya. Ada masalah kesenjangan, kebijakan politik, kajian budaya dan bahkan dapat menjadi wacana agama dan ideologi. Demikianlah konsekuensi dari sebuah perubahan ekonomi yang disengaja dan direkayasa.

Beberapa tahun yang lalu penulis mengikuti seminar pertanian di sebuah negara Eropa. Seminar tersebut membahas tentang the future of smallholders di Eropa. Smallholders sendiri diartikan sebagai para petani yang memiliki lahan pertanian lebih kecil dari pada rata-rata petani. Dalam seminar tersebut akhinya disimpulkan bahwa petani kecil di Eropa tidak memiliki masa depan. Ke depan hanya petani yang memiliki lahan relatif luas dan menggunakan teknologi budidaya yang maju yang akan bertahan. Petani kecil sendiri disarankan membentuk kelompok untuk dan tidak hanya menjual produk pertanian saja, namun juga value yang terdapat di dalam pertanian, yaitu pelestarian lingkungan, kembali ke alam, organik, dan budaya kebersamaan. Jika tidak melakukan hal tersebut sebaiknya petani beralih profesi atau keluar dari sektor pertanian.