Impelementasi prinsip keberlanjutan di perusahaan memang tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu strategi sehingga penerapannya pun bisa sealur dengan strategi perusahaan lainnya. Dampaknya pun tidak secara instan muncul, namun kian terlihat seiring proses penerapan bisnis berkelanjutan yang mengalami “improvement” dari waktu ke waktu.
Menurut Prayoga Hamza Wiradisuria, Corporate Strategy Division Head PT MRT Jakarta (Perseroda), ada banyak pemicu mengapa prinsip keberlanjutan atau sustainability menjadi kian ‘mainstream’ diterapkan di berbagai perusahaan (dan terlihat dari adanya laporan keberlanjutan). Alasannya, mulai dari kerusakkan ekosistem yang makin terlihat, adanya tekanan regulasi, keinginan konsumen, tren, dan sejumlah pemicu lainnya.
“Pada dasarnya perusahaan membuat laporan keberlanjutan dapat dikategorikan ke dalam tiga motif. Alasan pertama adalah orientasi publik. Perusahaan ingin mendapat reputasi yang baik, atau dia ingin men-secure resources, bahwa dia ingin melegitimasi untuk mengakses sumber resources-nya. Kita sudah sustainable nih, sehingga kita bisa mengakses resources tertentu,” tutur Prayoga.
Selanjutnya adalah market orientation atau orientasi pasar. Artinya, dengan menerapkan sustainability principal ke dalam strateginya, perusahaan bisa meningkatkan transparansi risiko, sehingga dengannya dia lebih mudah akses pasar dan untuk permodalan atau pembiayaan (yang semakin mensyaratkan perusahaan untuk menjalankan strategi keberlanjutan).
Untuk poin ketiga adalah orientasi manajemen. Perusahaan dapat memperbaiki proses manajemen rencana internal dan performansinya. Prayoga menggarisbawahi meskipun mulai banyak perusahaan yang membuat laporan keberlanjutan, namun bukan berarti mereka seluruhnya memiliki strategi keberlanjutan ke depannya.
“Bahkan di MRT pun kami mulai menyusun strategi jangka panjang untuk sustainability. Sebelumnya kami sudah memiliki strategi, tetapi hanya untuk jangka pendek,” akunya. Sekarang MRT serius menyusun roadmap guna strategi keberlanjutan untuk jangka panjang.
Alasan logis jangka panjang melakukan strategi jangka panjang corporate sustainability (CS)
Prayoga mengatakan, cukup banyak alasan perusahaan menyusun strategi jangka panjang keberlanjutan, namun dari beberapa sumber motifnya bisa disederhanakan. “Yang pertama untuk ‘cut cost’,” sebutnya. Dengan mematuhi perturan lingkungan dan sosial unutk mengurangi dampak lingkungan, juga bisa menghemat budget perusahaan terhadap penalti atau sanksi.
Selanjutnya adalah “increase access to capital”, di mana penerapan strategi menyebabkan tata kelola internal perusahaan menjadi baik dan meningkatkan peringkat perusahaan dalam praktik keberlanjutan. Hasilnya dalah kemudahan mereka dalam mengakses kapital modal atau pembiayaan.
Setelah itu adalah “risk reduction” atau meredam risiko. Menerapkan corporate sustainability dengan memahaminya bisa membantu mengurangi risiko lingkungan, sosial, dan finansial. Kemudian “better repution”, di mana perusahaan bisa lebih transparan dan menjadi kunci perusahaan dalam membangun kepercayaan di antara stake holder mereka.
Alasan lainnya adalah “improve efficiency”, dengan penerapan CS, yang mendorong pengumpulan informasi akan membantu organisasi perusahaan dalam membuat keputusan dan operasionalisasi yang efisien. Terakhir, adalah innovation opportunity, dampak dari CP juga mengungkap ranah-ranah yang boleh jadi baik bagi perusahaan untuk improvement yang juga bisa memicu inovasi.
Dampak ESG yang memicu nilai positif perusahaan
Sementara itu penerapan prinsip ESG atau environmental, social, dan corporate governance dapat menimbulkan nilai (value creation) dalam lima hal. Pertama adalah top line growth yang berasal dari dampak peningkatan atensi B2B (business to business) atau B2C (business to customers) melalui produk yang lebih berkelanjutan,serta pencapaian akses yang lebih baik kepada sumberdaya lewat hubungan dengan komunitas dan pemerintah yang baik.
Setelah itu adalah “cost reduction”, di mana mampu menurunkan konsumsi energi dan mengurangi pengambilan air. Sebaliknya jika tidak menerapkan, akan terjadi biaya manajemen tinggi karena munculnya limbah yang berlebihan dan ongkos pengemasan yang tinggi.
Nilai ketiga adalah “regulatory and legal interventions” atau intervensi terhadap peraturan dan hukum. “Dengan mengikatkan (melibatkan) diri kepada agenda sustainability, kita mendapatkan dampak monetary,” sebut Prayoga. Contohnya, dengan menaati aturan agenda keberlanjutan, maka bisa mendapatkan insentif dari pemerintah, sebaliknya jika tidak, maka ada potensi terkenal cost lain seperti pajak karbon.
Selanjutnya adalah “productivity uplift”. Nilai ini bisa didapatkan karena terjadinya peningkatan motivasi dari karyawan dan juga mengeluarkan talenta yang secara sosial sangat kredibel. Sementara nilai kelima adalah “investment and asset optimization” yang timbul karena peningkatan investasi balik, karena alokasi kapital yang lebih baik dalam jangka waktu panjang (seperti pabrik dan peralatan yang lebih berkelanjutan). Penyebab lainnya adalah mampu terhindar dari investasi yang tak balik modal karena memahami isu lingkungan jangka panjang.
Prayoga Hamza Wiradisuria menyampaikan materi inspiratif ini pada acara Sustainability Festival 2021 di hari ketiga, Rabu (15/9/2021) yang mengusung tema “Embedding Sustainability Strategy in the Organization”. Festival yang diselenggarakan oleh Aicon bekerja sama dengan TSC Trisakti dan SR Asia Indonesia yang berlangsung mulai 13 September hingga 17 September 2021 di waktu jam makan siang. Sustainability Festival 2021 menghadirkan pakar sustainability dari lima perusahaan terkemuka seperti Multi Bintang Indonesia, PT Bank CIMB Niaga Tbk., PT MRT Jakarta, PT Vale Indonesia Tbk., dan PT Kalbe Farma Tbk., yang sudah menerapkan prinsip bisnis keberlanjutan secara terpuji. Acara diskusi terbuka bagi siapa saja tanpa biaya apapun.