Ini berawal dari taruhan antara bos Tesla dan SpaceX, Elon Musk, dan miliuner Australia Mike Cannon-Brookes. Elon bertaruh pada Mike, ia bisa membangun batere lithium terbesar di dunia dalam waktu 100 hari di Australia dan pembangunannya dilakukannya cuma-cuma.
Ternyata manusia terkaya sejagat versi Bloomberg News itu membuktikan janjinya. Data angka pada 2018 lalu menunjukkan keberadaan fasilitas batere itu di Australia Selatan mampu menghasilkan US$ 72 juta dan menghemat uang konsumen sampai US$ 50 juta di tahun pertama. Fasilitas pembangkit batere yang bernama The Hornsdale Power itu diketahui membantu wilayah tersebut yang kesulitan energi.
Proyek yang sukses tersebut bahkan akan menggandakan kapasitasnya. Rencananya kapasitas pembangkit tersebut akan diperbesar 50 Megawat/64,5MWh. Keputusan perluasan kapasitas menjadikan pembangkit tenaga batere lithium-ion terbesar di dunia ini bertambah 50%.
Saat proyek perluasan itu selesai, energi listrik tambahan akan mencukupi hingga 50% kebutuhan pasokan listrik di wilayah tersebut. Kondisi ini juga diharapkan memutus kebutuhan perangkat mesin yang mengandalkan batubara, air, atau gas.
Upgrade pembangkit ke tenaga baterai ini didukung pemerintah Australia Selatan yang menyuntikkan dana sebesar AUD 3 juta (US$ 2 juta) per tahun untuk 5 tahun ke depan. Sejalan dengan itu, Departemen Energi Terbarukan Australia turut mendanai hingga AUD 8 juta (US$ 5,46) sebagai komitmen dukungan bagi program energi terbarukan di negara tersebut.
Mungkin para miliuner harus sering bertaruh agar program energi terbarukan ini terus dilakukan di berbagai tempat termasuk Indonesia.
(Source: https://majalahcsr.id/tesla-perbesar-kapasitas-batere-terbesar-di-dunia-hingga-50/)